NAMA :
Nabila Subiyanto
UNIVERSITAS: Universitas
Gunadarma
DOSEN : Ahmad
Nasher S.I.Kom., M.M.
Perisai Diri (Sumber :https://goo.gl/images/RYL50V) |
Di Indonesia, terdapat berbagai macam seni bela diri yang
berkembang mulai dari seni bela diri asli Indonesia sampai dengan seni bela
diri yang berasal dari Negara lain. Salah satu seni bela diri asli Indonesia
adalah seni bela diri silat yang salah satu alirannya bernama aliran silat
Perisai Diri. Perisai Diri merupakan salah satu organisasi olahraga beladiri
yang menjadi anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), induk organisasi
resmi pencak silat di Indonesia di bawah KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia).
Perisai Diri menjadi salah satu dari sepuluh perguruan silat yang mendapat
predikat Perguruan Historis karena mempunyai peran besar dalam sejarah
terbentuk dan berkembangnya IPSI.
Ialah Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo (yang kemudian
dikenal dengan sapaan Pak Dirdjo atau Pak Dhe), salah seorang keturunan
bangsawan dari Keraton Pakualaman
Yogyakarta, putra dari Raden Mas Paku
Soerdirdjo, buyut dari Paku Alam II. Pak Dirdjo-lah pendekar yang menobrak
tradisi yang bersifat tabu. Beliau sengaja menuliskan ilmu silat yang diramunya
dan kemudian dinamakan aliran silat Perisai Diri, lengkap dengan foto-foto
tentang gerakan teknik silat dalam buku yang ditulisnya serta dijual kepada
umum pada tahun 1976. Tujuannya hanya satu yakni berusaha memperkenalkan
beladiri silat seluas-luasnya.
Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo (Sumber :https://goo.gl/images/NSqdbF) |
Beliau melakukan hal tersebut untuk membuktikan bahwa ilmu
silat adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang mampu bersaing dengan ilmu
beladiri asing lainnya yang berasal dari Jepang, Korea, maupun Cina yang kala
itu berkembang pesat di Indonesia. Silat harus dikembangkan dan dicintai oleh
Bangsa Indonesia. Jangan sampai silat tidak berkembang karena terkungkung
tradisi tabu dan ketradisionalannya.
Upaya Pak Dirdjo itu membuahkan hasil. Silat Perisai Diri
akhirnya bukan hanya berkembang di kampung-kampung, namun telah merambah ke
kampus-kampus perguruan tinggi, dan sekolah-sekolah. Silat Perisai Diri telah
mampu mengubah pandangan masyarakat dari silat yang dianggap “kampungan”
menjadi silat “kampusan”. Hal ini terbukti dengan adanya UKM Perisai Diri di
Universitas Gunadarma yang jumlah peminatnya pun tak sedikit.
Perisai Diri tercatat sebagai perguruan silat yang menggelar
kejuaraan antar perguruan tinggi di Indonesia sejak tahun 1975. Setelah itu
secara rutin Perisai Diri menggelar kejuaraan nasional antar-perguruan tinggi.
Dan hingga tahun 2004 lalu, Perisai Diri telah melaksanakan kejuaraan nasional
silat Perisai Diri untuk yang ke-23 kalinya. Semoga Perisai Diri diharapkan
tetap lestari sehingga kejuaran nasional akan terus berlangsung untuk
tahun-tahun selanjutnya.
Pak Dirdjo yang lahir pada 8 Januari 1913, sudah terlihat
bakat yang menonjol dalam kemahirannya menguasai beladiri silat pada usia
kanak-kanak. Pada umur 9 tahun,
misalnya, ia telah mampu menguasai ilmu silat
yang diajarkan di lingkungan Paku Alaman bahkan mampu pula melatih silat
rekan-rekan sepermainannya. Tampaknya Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya
dipanggil Soebandiman atau Bandiman oleh rekan-rekannya, tidak puas dengan ilmu
silat yang ditelah didapatkannya di lingkungan tembok istana Paku Alaman itu.
Setelah menamatkan HIK (Hollands Inlandsche Kweekchool -- sekolah setingkat
Sekolah Menengah Pertama jurusan guru) di Yogyakarta, Pak Dirdjo yang berusia
16 tahun mulai merantau untuk memperluas pengalaman hidupnya.
Hollands Inlandsche Kweekchool (Sumber :https://goo.gl/images/QXA70Y) |
Pak Dirdjo melangkahkan kakinya ke arah Timur. Ia menuju ke
Jombang Jawa Timur. Di sana ia berguru kepada Bapak Hasan Basri dalam ilmu
silat, dan belajar ilmu keagamaan serta ilmu lainnya di Pondok Tebu Ireng.
Untuk membiayai keperluan hidupnya, ia bekerja di Pabrik Gula Peterongan.
Setelah merasa
Pemuda Soebandiman ini belum puas mereguk ilmu. Ia kembali
berguru ke Bapak Soegito yang beraliran silat Setia Saudara (SS). Rasa
keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri
menjadikan pemuda ini masih belum
merasa puas dengan apa yang telah ia miliki. Soebandiman alias Pak Dirjo muda
ini meneruskan berguru ke Pondok Randu Gunting di Semarang, ia masih melengkapi
ilmu silatnya ke Kuningan di daerah Cirebon , Jawa Barat. Semua ilmu yang didapatnya
itu diolah dan melebur dalam dirinya. Setelah merasa cukup, pemuda yang telah
dewasa ini menetap di Banyumas dan mendirikan perguruan silat Eka Kalbu (Eka
yang berarti satu dan kalbu yang berarti hati). Dalam pergaulannya di kalangan
ahli beladiri di Banyumas, pemuda ini bertemu dengan seorang suhu bangsa
Tionghoa, Yap Kie San, yang beraliran bela diri Siauw Liem Sie.
Bela diri Siauw Liem Sie (Sumber :https://goo.gl/images/ZY0rTk) |
Sekali lagi, pemuda yang haus ilmu itu berteman dan berguru
kepada Yap Kie San selama 14 tahun. Dalam masa perguruannya itu, Suhu Yap Kie
San menilai Pak Dirdjo sebagai pemuda yang berbakat. Suhu Yap Kie San
menghadiahi Pak Dirdjo sepasang pedang sebagai simbol kecintaan guru kepada
murid terkasihnya. Pak Dirdjo akhirnya kembali ke Yogyakarta. Di Kota Budaya
ini Pak Dirdjo diminta mengajar ilmu silat di Taman Siswa, sebuah sekolah yang
didirikan oleh tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantoro yang juga
pamannya. Pak Dirdjo tidak begitu lama mengajar silat di Taman Siswa, sebab ia
harus bekerja di Pabrik Gula Plered di kawasan Yogyakarta. Di pabrik gula ini
ia menduduki jabatan Magazie Meester.
Lalu pada tahun 1947-1948, berkat pertolongan dari Bapak
Djumali yang bekerja di Departemen Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pak
Dirdjo diangkat menjadi pegawai negeri di lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan di Seksi Pencak Silat. Dengan misi mengembangkan silat itu, Pak
Dirdjo kemudian mengajar Himpunan Siswa Budaya (sebuah unit kegiatan mahasiswa
Universitas Gadjah Mada). Ketika tahun 1953 Pak Dirdjo mulai pindah ke Surabaya
berkaitan dengan tugasnya sebagai pegawai negeri di Kantor Kebudayaan Jawa
Timur Urusan Pencak Silat, maka murid-muridnya di Yogyakarta yang berlatih di
UGM maupun di luar UGM bergabung menjadi satu dalam wadah bernama Himpunan
Penggemar Pencak Silat Indonesia (HPPSI) dengan diketuai oleh Mas Dalmono.
Sementara itu di Surabaya, Pak Dirdjo kembali mengembangkan
ilmu silat dalam kursus-kursus silat di lembaganya. Baru pada tanggal 2 Juli
1955, Pak Dirdjo dibantu Pak Imam Ramelan secara resmi menamakan silat yang
diajarkannya dengan nama Perisai Diri. Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian
menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai Silat Perisai Diri. Di sisi
lain, perguruan Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo, tersebar di
kawasan Banyumas, Purworejo, dan Yogyakarta . Hanya saja perguruan ini kemudian
memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama
seperti HPPSI di Yogyakarta.
Para murid Pak Dirdjo sebelum nama Perisai Diri muncul
hingga kini masih hidup. Usia mereka berkisar antara 65 tahun hingga 70 tahun
lebih dan masih bisa dijumpai di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya. Segala
teknik silat Perisai Diri ditulis dalan bahasa Indonesia yang baku . Hal itulah
yang menjadikan Perisai Diri lebih mudah diterima oleh kalangan terdidik
seperti mahasiswa. Penulisan teknik dalam bahasa Indonesia baku sebenarnya
harus diakui sebagai langkah maju tersendiri dibandingkan perguruan lain yang
masih berkutat dengan bahasa daerah asal perguruan itu berkembang. Bahkan dengan
nasionalismenya itu, Perisai Diri akhirnya bisa diterima di semua kalangan
beragam suku, agama, maupun strata sosial. Dapat dipelajari oleh seluruh
penduduk Indonesia yang tinggal di 17.000 pulau.
Motto Perisai Diri “Pandai Bersilat Tanpa Cedera” yang juga
bermakna pandai beladiri tanpa cedera, makin membuat beladiri ciptaan Pak
Dirdjo bisa dipahami dengan logika.
Pecinta beladiri akan mengerti bahwa
seorang ahli beladiri memang sulit untuk dicederai lawan. Bisa juga berarti
dalam berlatih pun ia tidak akan cedera karena kesalahan sendiri. Unsur
kecepatan dalam beladiri menjadi pegangan Pak Dirdjo. Ia mewajibkan para
muridnya mampu melakukan gerakan silat minimal dua gerak dalam satu detik.
Gerakan itu bisa berupa serangan, hindaran, tolakan, tebangan, ataupun paduan
unsur-unsur itu. Jadilah Perisai Diri menciptakan gaya silat “Satu Detik Dua
Gerak”.
Pandai Silat Tanpa Cedera (Sumber :https://goo.gl/images/hjVB7v) |
Istilah satu detik dua gerak itu semula dianggap sepele oleh
banyak pendekar maupun pecinta silat. Akan tetapi semakin mereka banyak
menyaksikan pertandingan silat yang mulai digelar sejak 1970-an, maka para
pendekar silat maupun pecandu beladiri lain pun semakin memahami misteri kata
“satu detik dua gerak” tersebut. Hanya seorang ahli beladiri nan piawai saja
yang mampu bergerak secepat itu.
Sementara diakui atau tidak, nama-nama teknik silat Perisai
Diri kini sudah diadopsi di kancah persilatan. Bila kemudian ada beberapa
perguruan baru muncul dengan menggunakan teknik Perisai Diri, itupun tidak
pernah dipermasalahkan. Mungkin, para murid Pak Dirdjo pun kini memiliki lebih
banyak saudara perguruan karena menyerap ilmu yang sama dengan nama perguruan
yang berbeda. Pak Dirdjo selalu berpesan kepada murid-muridnya agar menguasai
ilmu silat haruslah dengan cara mendaki dan memanjat, bukan dengan melompat.
Untuk memahami ilmu silat memang memerlukan kerajinan, ketekunan, kesungguhan,
dan disiplin.
Pak Dirdjo wafat usia 70 tahun, ditunggui para muridnya di
Surabaya pada tanggal 9 Mei 1983. Pada tahun 1986, beliau mendapat gelar
Pendekar Purna Utama dari Pemerintah Republik Indonesia. Niat Pak Dirdjo untuk
mengembangkan silat akhirnya tercapai juga. Meskipun ia belum bisa menikmati
kejayaan murid-muridnya di arena beladiri silat, namun secara pasti teknik
Perisai Diri ciptaannya telah merajai di beberapa pertandingan silat
internasional.
Nama-nama seperti Joko Widodo, Herina (asal Yogyakarta),
Tony Widya (Jakarta), Tri Wahyuni (Malang), Wadiah (Mataram), Suryanto, Samiaji
(Bandung), A Triya (Surabaya), mampu malang melintang di kejuaraan
internasional pencak silat sejak kejuaraan internasional itu digelar tahun 1987
hingga 1995. Keharuman nama Perisai Diri masih dilanggengkan oleh pesilat Made
Arya Damayanti, Ayu Ariati, Ni Nyoman Suparniti, dan I Nyoman Yamadhiputra (
Bali ) pada periode 1995 - 2005. Arena nasional hingga dunia mereka jelajahi
dengan teknik Perisai Diri dengan memperoleh medali emas.
Pendekar pendobrak tradisi tabu itu pula yang akhirnya mampu
meyakinkan orang-orang Eropa seperti Belanda (1970), Jerman (1983), Inggris,
Swiss (1999), Hongaria, Australia (1979), Amerika Serikat (2000), Thailand
(1995), Filipina (1995), bahkan Jepang (1996) untuk mempelajari Silat Perisai
Diri karena silat mudah diterima, bisa dilogika dan sudah mendunia. Lagi-lagi,
di luar Indonesia, murid-murid Pak Dirdjo di Eropa, Amerika, dan Australia
mampu menunjukkan bahwa beladiri khas Indonesia itu mampu mengibarkan
benderanya di pertarungan antar-aliran beladiri di sana.
The Weapons and Fighting Arts of Indonesia (Sumber :https://goo.gl/images/4z0t79) |
The Fighting Art of Perisai Diri (Sumber :https://goo.gl/images/F2I6DZ) |
Tidak mengherankan jika penulis aliran beladiri seperti Donn
F Draeger menulis silat Perisai Diri dalam bukunya The Weapons and Fighting
Arts of Indonesia pada tahun 1972. Akan tetapi ia belum puas akan buku yang
dihasilkannya tersebut. Adapun dalam buku pertamanya ia menulis beberapa gaya
perguruan pencak silat di Indonesia, maka ia kembali mengupas lebih dalam untuk
silat Perisai Diri pada buku keduanya yang berjudul: Javanese Silat: The
Fighting Art of Perisai Diri pada tahun 1978. Penjelasan secara detil disertai
bukti praktik dalam bersilat yang ditunjukkan Pak Dirdjo yang membuat Draeger
bertekuk-lutut mengakui bahwa Perisai Diri memang layak mendapat tempat khusus.
Foto-foto Pak Dirdjo dalam bersilat ditemani para muridnya di Surabaya memenuhi
halaman buku keduanya tersebut.
Tidak berlebihan jika saat ia dipanggil Tuhan Yang Maha Esa,
jumlah muridnya yang tersebar di Indonesia dan beberapa negara telah mencapai
50.000 lebih sehingga menempatkan Perisai Diri sebagai salah satu perguruan
besar di antara 800 perguruan silat di Indonesia.
1. Manusia menunduk dengan tangan menyusun sikap Bunga Sepasang, di atas bunga teratai yang berdaun lima berwarna kuning, di bawahnya didasari dengan sayap putih dengan tulisan PERISAI DIRI, di dalam suatu bangun segitiga berwarna merah bertepikan warna kuning.
2. Manusia menunduk bersikap Bunga Sepasang, mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan penuh rasa tanggung jawab melaksanakan azas dan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri. Bunga teratai berdaun lima berwarna kuning, mempunyai makna bahwa dalam melaksanakan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri berazaskan Pancasila.
3. Sayap warna putih bertuliskan PERISAI DIRI, mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri mempunyai sikap hidup yang dinamis, selalu mempunyai tekad dan semangat untuk mengembangkan bela diri Indonesia umumnya dan Silat Perisai Diri khususnya serta memelihara kelestariannya sebagai budaya bangsa.
4. Warna merah putih, mempunyai makna asal dan perantaraan ayah dan ibu.
5. Bangun segi tiga berwarna merah bertepikan warna kuning, mempunyai makna tujuan luhur/roh suci, hidup/sukma, dan kekuatan/bayu.
MARS PERISAI DIRI
Tingkatan Perisai Diri :
Tingkatan pesilat Perisai Diri dilaksanakan berdasarkan 2 (dua) jenis tingkatan, yakni :
a. Tingkat Dasar
Mengikuti pendidikan dasar sesuai kurikulum selama satu setengah tahun, tingkat paling tinggi Calon Keluarga.
Mengikuti pendidikan dasar sesuai kurikulum selama satu setengah tahun, tingkat paling tinggi Calon Keluarga.
b. Tingkat Keluarga
Mengikuti pendidikan sesuai kurikulum dari strip Putih sampai dengan tingkat Pendekar.
Mengikuti pendidikan sesuai kurikulum dari strip Putih sampai dengan tingkat Pendekar.
Kurikulum lengkap untuk mencapai tingkat Pendekar, ialah sebagai berikut :
a. Tingkat Dasar
1) Tingkat Dasar I
Dengan ikat pinggang putih, lama pendidikan enam bulan.
Dengan ikat pinggang putih, lama pendidikan enam bulan.
2) Tingkat Dasar II
Dengan ikat pinggang hitam, lama pendidikan enam bulan.
Dengan ikat pinggang hitam, lama pendidikan enam bulan.
3) Tingkat Persiapan (Calon Keluarga)
Dengan ikat pinggang merah dan badge bunga isepasang, lama pendidikan enam bulan.
Dengan ikat pinggang merah dan badge bunga isepasang, lama pendidikan enam bulan.
b. Tingkat Keluarga
1) Tingkat I
a. Dengan strip Putih, lama pendidikan enam bulan.
b. Dengan strip Putih-Hijau, lama pendidikan enam bulan.
2) Tingkat II
a. Dengan strip Hijau, lama pendidikan enam bulan.
b. Dengan strip Hijau-Biru, lama pendidikan satu tahun.
3) Tingkat III / Pembantu Pelatih
a. Dengan strip Biru, lama pendidikan dua tahun.
b. Dengan strip Biru-Merah, lama pendidikan dua tahun.
4) Tingkat IV / Pelatih
a. Dengan strip Merah, lama pendidikan 3 (tiga) tahun.
b. Dengan strip Merah-Kuning, lama pendidikan 3 (tiga) tahun.
5) Tingkat V / Pendekar Muda
Dengan strip Kuning, lama pendidikan minimal 3 (tiga) tahun. Tingkat Pendekar Kuning Emas.
Mulai tingkat dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya mewakili senjata panjang. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata lain, seperti celurit, trisula, abir, tombak, golok, ruyung (double stick), pedang samurai, pentungan, kipas, payung, senapan, bayonet, rantai, teken, dan sebagainya.
LATIHAN SILAT PERISAI DIRI
Teknik Asli
Teknik silat Perisai
Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia yang
dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran.
Teknik Asli dalam silat Perisai Diri juga digali dari aliran Siauw Liem
Sie (Shaolinshi) yang dengan kreativitas Pak Dirdjo gerakan
maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal
ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada
kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame
tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.
Teknik Asli dalam
silat Perisai Diri di antaranya yaitu :
Teknik Burung Meliwis
Teknik Burung Kuntul
Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat akan menerima pelajaran teknik berikutnya, Burung Kuntul. Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak ringan, kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga saat bergerak ringan. Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan. Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola serangan Kuntul tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada umumnya, serangan Kuntul selalu mengarah ke samping. Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya sedemikian rupa, sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan mencapai target.
Teknik Burung Garuda
Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi. Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan Meliwis dan Kuntul. Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam menyerang dan menolak. Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping. Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan sikunya, Garuda akan menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus merobek kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang garis mata. Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah kemaluan lawan. Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.
Teknik Harimau
Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan. Teknik ini diadaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding Garuda karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk meningkatkan kecepatan dan tenaga. Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala. Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini akan menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya. Target sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher, dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.
Teknik Naga
Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan terakhir di silat Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang. Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya. Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka mendapatkan pelajaran Pernafasan Tahap 1 yang berfokus untuk meningkatkan tenaga. Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena para Asisten Pelatih mengkombinasikan teknik dan pernafasan ke dalam aplikasinya. Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan tangan. Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran serangan apabila daerah tersebut terbuka.
Teknik Satria
Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat ini pesilat akan mulai mempelajari teknik manusia. Teknik yang pertama dipelajari adalah Satria. Pada tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh kemampuan dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan karakter kehewanannya, seperti liar, buas dan brutal. Satria akan berpikir tepat sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri. Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat juga menerima pelajaran Pernafasan Tahap 2 yang difokuskan untuk meledakkan tenaga. Karena kemampuan dari dua tahap Pernafasan tersebut, sifat teknik Satria menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika serangan datang, Satria akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik Harimau dan Naga.
Teknik Pendeta
Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun menghancurkan persendian lawan. Walaupun kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik ini sendiri tidak akan merusak bila tidak diperlukan. Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana. Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan. Perlengkapan yang digunakan saat menyerang adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal. Sasaran serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.
Teknik Putri
Teknik Putri adalah teknik tertinggi di silat Perisai Diri. Karakter dari teknik ini bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan seluruh kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga yang digunakan bersifat kosong isi. Istilah ini berarti bahwa Putri akan selalu kosong tidak bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan dengan lawan. Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak. Teknik inipun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Perputaran badan selalu diaplikasikan dalam tekniknya ditambah dengan Pernafasan Tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang artinya sulit untuk dilihat lawan. Putri biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif melakukan serangan terlebih dahulu.
Teknik Minangkabau
Gerakan teknik Minangkabau mirip dengan tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat. Salah satu tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah. Untuk menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului dengan membuka bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini adalah pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu. Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak sangat cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut dengan sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya.
Kesimpulan :
Silat adalah salah satu seni beladiri asli Indonesia dan salah satu alirannya bernama Perisai Diri. Lambang perisai diri memiliki 5 elemen : manusia menunduk dengan tangan menyusun sikap Bunga Sepasang, Manusia menunduk bersikap Bunga Sepasang, sayap warna putih bertuliskan PERISAI DIRI, warna merah putih, bangun segi tiga berwarna merah bertepikan warna kuning. Perisai diri memiliki 2 jetis tingkatan, yaitu tingat dåsar dan tingat keluarga. Tingkat dåsar terdiri dari Tingkat Dasar I, Tingkat Dasar II, dan Tingkat Persiapan (Calon Keluarga). Tingkat Keluarga terdiri dari Tingkat I, Tingkat II, Tingkat III / Pembantu Pelatih, Tingkat IV / Pelatih, dan Tinkgkat V / Pendular Muda.
Sumber :
- https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Silat_Nasional_Indonesia_Perisai_Diri
- http://dyzie-jurnalistik.blogspot.co.id/2011/05/makalah-pd.html
- http://mhs.unikama.ac.id/pd/2016/01/15/teknik-dan-sikap-dalam-perisai-diri/
- http://senipencak.nyimuetz.com/2014/09/tahap-tingkatan-sabuk-perguruan-perisai.html
- http://tomboyintan.blogspot.co.id/
0 Comments:
Posting Komentar