Sabtu, 11 April 2020

Aspek Produksi dan Teknologi

Setelah melakukan analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran, dan suatu bisnis dinyatakan layak, maka tahap berikutnya adalah melakukan analisis teknik atau operasional dan teknologi. Artinya, apakah dari segi pembangunan proyek dan segi implementasi operasional bisnis secara teknis dapat dilaksanakan, demikian nuga dengan aspek teknologi yang digunakan. Penilaian terhadap aspek ini penting dilaksanakan sebelum bisnis dijalankan, karena akan sangat terkait dengan teknik/operasional, sehingga akan berakibat fatal di kemudian hari jika tidak dilakukan analisis.
Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan analisis dalam aspek ini, diantaranya adalah penentuan lokasi, penentuan luas produksi, penentuan tata letak (lay-out), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi, metode persediaan, dan sistem informasi manajemen. Kelengkapan kajian aspek teknik/operasional sangat tergantung pada jenis usaha yang dijalankan. Dengan demikian analisis ini dilakukan untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan tata letak (lay-out) serta kesiapan mesin-mesin dan teknologi, metode persediaan serta sistem imnformasi manajemen yang akan digunakan.
Menurut Schroeder (1994), secara umum istilah operasi mengacu pada kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa dan menjadi fungsi inti dari setiap perusahaan. Dalam praktiknya, fungsi operasi diperlukan sama dengan fungsi lainnya, seperti fungsi keuangan dan pemasaran. Dalam sistem operasi terdapat masukan (input) yang berupa energi, material, tenaga kerja, modal, dan informasi. Semua masukan ini diubah menjadi barang dan/atau jasa melalui teknologi proses, yaitu metode tertentu yang digunakan untuk melakukan transformasi. Perubahan pada teknologi akan mengubah cara suatu masukan (input) digunakan terhadap lainnya, dan tentu dapat pula mengubah produk (output) yang dihasilkan.
Jenis masukan yang digunakan dalam suatu perusahaan/industri dengan perusahaan/industri yang lain tentu berbeda. Operasi pada industri sepeda motor memerlukan masukan berupa modal dan energi untuk mesin-mesinnya, fasilitas dan peralatan, tenaga kerja untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan serta material yang akan dikonversikan dari bahan baku menjadi bahan jadi. Sedangkan operasi pada industri jasa kapal pesiar memerlukan masukan berupa modal untuk penyediaan kapal pesiar dan fasilitasnya, tenaga kerja yang sangat terlatih (untuk nahkoda kapal dan tenaga pemeliharaan kapal), tenaga kerja biasa, dan sejumlah besar energi lainnya.

A.  PENGERTIAN ASPEK TEKNIS/OPERASI
           Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Hal-hal yang perlu diperhartikan dalam aspek ini adalah masalah penentuan lokasi, tata letak (lay out), penyusunan peralatan pabrik, dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Jadi, analisis dari aspek operasi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan lay out serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan.

B.   TUJUAN ASPEK TEKNIS/OPERASI
Secara umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis/operasi, yaitu:
1.    Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat.
2.    Agar perusahaan dapat menentukan lay out yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih.
3.    Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang tepat dalam menjalankan produksinya.
4.    Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan.
5.    Agar perusahaan dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan saat ini dan masa yang akan datang.

C.  PENENTUAN LOKASI USAHA
              Penentuan lokasi sangat penting karena apabila perusahaan salah dalam menentukan lokasi yang dipilih akan mengakibatkan terjadinya peningkatan biaya yang harus dikeluarkan. Harga produk yang akan dipasarkan nantinya juga sangat tergantung pada lokasi pabrik yang dipilih, karena harga pasar akan terpengaruh dengan jarak lokasi pabrik dengan pasar. Selanjutnya akan sangat terkait dengan kemampuan bersaing barang yang diproduksi yang nantinya akan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
              Penentuan lokasi yang tepat akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, baik dari sisi finansial maupun nonfinansial, misalnya: dapat memberikan pelayanan kepada konsumen dengan lebih memuaskan, kemudahan untuk memperoleh tenaga kerja yang diinginkan baik secara kuantitas maupun kualifikasinya, memudahkan dalam memperoleh bahan baku atau bahan lainnya dalam jumlah yang diinginkan dalam jangka waktu yang sudah diperhitungkan, kemudahan dalam memperluas lokasi usaha, karena sejak awal sudah dipertimbangkan kebutuhan lahan yang dibutuhkan, mempunyai prospek nilai ekonomis yang tinggi di masa yang akan datang, meminimalisasi konflik terutama dengan masyarakat setempat, serta adanya dukungan pemerintah terhadap usaha yang akan dijalankan.
              Untuk memilih lokasi tergantung dari jenis usaha yang dijalankan. Untuk mempertimbangkan lokasi yang dipilih harus disesuaikan dengan keperluan usaha, misalnya untuk lokasi pabrik, lokasi kantor pusat, lokasi kantor pemasaran, lokasi gudang, dan lainnya. Sebenarnya terdapat beberapa pertimbangan yang harus diketahui dalam penentuan lokasi, namun pada garis besarnya terdapat dua pendekatan sebagai berikut:
1.    Pendekatan berdasarkan kedekatan dengan bahan baku (raw material approximity approach)
Pendekatan penentuan lokasi ini didasarkan pada bahwa sebaiknya lokasi perusahaan ditentukan di daerah bahan baku. Dengan demikian biaya angkut dari bahan baku dari sumbernya ke pabrik seefisien mungkin. Jadi, pertimbangannya adalah biaya angkut bahan baku yang semurah mungkin. Contoh:
î  Perusahaan semen sebaiknya ditempatkan di daerah gunung kapur/bahan semen. Itulah sebabnya mengapa pabrik semen didirikan di daerah Gresik dan Tuban karena daerah tersebut merupakan daerah gunung kapur.
î  Perusahaan pengolahan minyak harus terletak di kawasan yang terdapat tambang minyak, misalnya daerah  Cepu, Jawa Tengah.
î  Perusahaan air minum kemasan sebaiknya ditempatkan pada daerah yang banyak terdapat sumber air yang memadai, misalnya di daerah Tretes, Pandaan, Pasuruan.
î  Perusahaan tambang batu bara harus ditempatkan di daerah yang banyak terdapat deposit batu bara. Demikian juga dengan perusahaan tambang yang lain seperti aluminium, emas, tembaga, dan lainnya.
2.    Pendekatan berdasarkan kedekatan dengan daerah pemasaran (Market Approximity Approach)
Berdasarkan pendekatan ini, maka perusahaan harus ditempatkan di daerah pemasaran. Pertimbangannya adalah efisiensi pengangkutan hasil produksi dari pabrik ke daerah pemasaran.
Beberapa contoh pendekatan ini adalah:
î   Perusahaan atau pabrik televise/radio/video dan kaset recorder hendaknya ditempatkan di daerah pemasaran. Misalnya, beberapa perusahaan perakitan TV, radio, komputer, umumnya berada di kota-kota besar bukan di daerah pedalaman.
î   Perusahaan obat-obatan banyak terletak di daerah perkotaan.
î   Perusahaan konveksi banyak di daerah pemasaran, dll.
Meskipun secara umum penentuan lokasi bisnis berdasarkan kedua pendekatan tersebut, namun terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi yang nantinya akan dianalisis untuk mencapai keputusan akhir dimana lokasi akan dipilih. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1)    Faktor primer
Pertimbangan utama faktor primer dalam menentukan lokasi pabrik antara lain:
a.    Kedekatan dengan pasar sasaran atau konsumen potensial dimana tempat produk akan dijual
b.    Kedekatan dengan sumber (ketersediaan) bahan baku utama
c.     Ketersediaan tenaga kerja, baik dari sisi kuantitas maupub kualifikasi yang dibutuhkan
d.    Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai yang dapat memperlancar pengadaan bahan baku dan memasarkan hasil produksi, misalnya jalan raya, jembatan, pelabuhan laut, bandar udara, kereta api, dll.
e.    Ketersediaan sarana listrik, sumber air, telekomunikasi untuk memperlancar kegiatan produksi agar tidak terganggu
f.     Sikap masyarakat setempat yang dapat memengaruhi aktivitas usaha baik positif maupun negatif.
2)    Faktor sekunder
Beberapa faktor sekunder yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pabrik adalah:
a.    Kondisi iklim, kelembaban, curah hujan dan tanah, misalnya untuk jenis usaha dibidang agrobisnis harus dapat memilih iklim yang sejuk dan kondisi tanah yang subur.
b.    Strategi kebijakan pemerintah terutama pemerintah daerah setempat yang dapat mendukung atau menghambat usaha yang akan dijalankan serta kebijakan arah pembangunan yang akan dijalankan. Misalnya masalah peraturan perpajakan, peraturan ketenagakerjaan, peraturan ijin usaha, intensif, dll.
c.     Kemungkinan perluasan pengembangan perusahaan dan rencana masa depan perusahaan.
d.    Sikap masyarakat setempat yang dapat memengaruhi aktivitas usaha baik positif maupun negatif, misalnya adat istiadat, budaya, agama, keamanan, dll.
e.    Biaya untuk investasi dan eksplorasi, misalnya pengadaan tanah dan pembangunan gedung.
Kemudian pertimbangan untuk menentukan lokasi kantor pusat yang umum dilakukan adalah sbb:
1.    Dekat pemerintahan
2.    Dekat lembaga keuangan
3.    Dekat dengan pasar
4.    Tersedia sarana dan prasarana
Sedangkan pertimbangan untuk lokasi gudang yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
1.    Di kawasan industri
2.    Dekat dengan pasar
3.    Dekat dengan bahan baku
4.    Tersedia sarana dan prasarana
Penilaian lokasi yang tepat akan memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan, baik dari segi finansial maupun non finansial. Keuntungan yang diperoleh dengan mendapatkan lokasi yang tepat antara lain adalah :
1.    Pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat lebih memuaskan.
2.    Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diinginkan baik jumlah maupun kualifikasi.
3.    Kemudahan dalam memperoleh bahan baku atau bahan penolong dalam jumlh yang diinginkan secara terus – menerus
4.    Kemudahn untuk memperluas lokasi usaha, karena biasanya sudah di perhitungkan untuk usaha perluasan lokasi sewaktu – waktu.
5.    Memiliki nilai atau harga ekonomis yang lebih tinggi dimasa yang akan datang.
6.    Meminimalkan terjadinya konflik terutama dengan masyarakat dan pemerintah setempat

D.  METODE PENILAIAN LOKASI
          Paling tidak ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menilai sesuatu lokasi sebelum diputuskan, yakni :
1.    Metode penilaian hasil value
Ø  Pasar
Ø  Bahan baku
Ø  Transportasi
Ø  Tenaga kerja
Ø  Perimbangan lainnya
2.    Metode perbandingan biaya (cost comparison method)
Ø  Bahan baku
Ø  Bahan bakar dan listrik
Ø  Biaya operasi
Ø  Biaya umum
Ø  Biaya lainya
3.    Metode analisis ekonomi (economic analysis method)
Ø  Biaya sewaa
Ø  Biaya tenaga kerja
Ø  Biaya pengangkutan
Ø  Biaya bahan bakar dan listrik
Ø  Pajak
Ø  Perumahan
Ø  Sikap masyarakat

E.   PENENTUAN LUAS PRODUKSI/SKALA OPERASI
Skala operasi/luas produksi adalah kuantitas unit produksi yang seharusnya dihasilkan pada satu periode tertentu dalam rangka mencapai optimalisasi profit. Penentuan skala produksi berkaitan dengan berapa jumlah produksi yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas produksi dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien. Skala operasi dapat dilihat dari segi ekonomis, yaitu yang dilihat adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling efisien dan segi teknis yang dilihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan peralatan serta persyaratan teknis lainnya.
Dalam industri manufaktur, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan skala operasi, yaitu:
a.    Kemungkinan perkembangan pangsa pasar yang dapat diraih.
b.    Kapasitas mesin serta peralatan yang dimiliki.
c.     Kualitas-kualitas SDM dalam proses produksi.
d.    Kemampuan keuangan perusahaan.
e.    Kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang.
f.     Peraturan pemerintah dan ketentuan teknis lainnya juga berperan dalam perencanaan skala operasi.
Luas produksi ekonomis ditentukan oleh :
a.    Kecenderungan permintaan yang akan dating
b.    Kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dll.
c.     Tersedianya teknologi dan peralatan dipasar
d.    Daur hidup produk dan produk substitusi
Penentuan jumlah produksi optimal
a.    Pendekatan marginal cost dan revenue
b.    Pendekatan break even point
c.     Metode liniear programming

F.   PENENTUAN TATA LETAK (LAY-OUT)
           Tata letak (lay-out) adalah suatu proses dalam menentukan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi atau operasi. Lay-out dirancang berkenaan dengan produk, proses, sumber daya manusia dan lokasi sehingga efisiensi operasi dapat tercapai. Tujuan penentuan lay-out adalah optimalisasi pengaturan fasilitas-fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produksi menjadi optimal.
              Keuntungan yang diperoleh dengan adanya penentuan lay-out:
î  Memberikan ruang gerak yang memadai untuk beraktivitas dan pemeliharaan
î  Efisiensi pemakaian ruangan
î  Biaya investasi dan produksi bisa dikurangi
î  Kelancaran aliran material
î  Efisiensi biaya pengangkutan material dan barang jadi
î  Kebutuhan persediaan yang rendah
î  Adanya kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang lebih baik

Macam-macam Lay-Out Pabrik (Subagyo, 2000)
1.   Lay-Out Garis
           Lay-out garis juga disebut sebagai lay-out produk. Artinya pengaturan letak mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik yang berdasarkan atas urut-urutan proses produksi dalam membuat suatu barang. Barang yang dikerjakan setiap hari selalu sama dan arus barang yang dikerjakan setiap hari juga selalu sama seolah-olah menyerupai garis sehingga dikatakan sebagai lay-out produk.
2.   Lay-out Fungsional
Lay-out fungsional ini sering disebut dengan lay-out proses, yaitu pengaturan letak fasilitas produksi di dalam pabrik berdasarkan atas fungsi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas produksi yang ada. Mesin atau fasilitas yang mempunyai kegunaan yang sama dikelompokkan dan diletakkan pada ruangan atau tempat yang sama. Lay-out ini biasanya digunakan untuk membuat barang yang bermacam-macam. Contoh dari lay-out fungsional ini adalah pabrik yang mengerjakan berbagai macam barang-barang dari besi.
3.   Lay-out Kelompok
           Lay-out kelompok adalah suatu pengaturan letak fasilitas suatu pabrik berdasarkan atas kelompok barang yang dikerjakan. Biasanya pabrik yang menggunakan lay-out kelompok memiliki produk yang bermacam-macam, tetapi garis besar urutan prosesnya dapat dibagi dalam beberapa kelompok yang sama. Untuk setiap kelompok produk dibuatkan lay-out tersendiri.
              Contoh penggunaan lay-out ini adalah pada perusahaan pemroses kulit. Perusahaan ini menghasilkan sepatu, sandal, sepatu sandal, baik untuk pria maupun wanita, berbagai dompet, tas, dan berbagai macam ikat pinggang. Proses untuk mengerjakan setiap barang tidak sama, tetapi pada dasarnya produk dapat dikelompokkan dalam beberapa marga atau kelompok produk yang garis besar urutan proses pembuatannya hampir sama. Semua produk dalam setiap kelompok memiliki garis produksi yang sama, meskipun cara pengerjaan setiap barang secara rinci berbeda-beda. Misalnya pembuatan kelompok sepatu mesti melalui bagian sol, bagian atas, bagian perakitan, dan finishing atau penyelesaian. Hanya cara pembuatan sol setiap macam dan model sepatu agak lain, meskipun garis besarnya sama. Demikian juga pembuatan bagian atas dan perakitannya.
4. Lay-out dengan Posisi Tetap
              Lay-out dengan posisi tetap adalah pengaturan fasilitas produksi dalam membuat barang dengan letak barang yang tetap atau tidak pindah-pindah. Contoh, lay-out pembuatan jembatan, lay-out pembangunan gedung, lay-out pembuatan jalan, dan lay-out penghijauan.
              Kriteria untuk menilai lay-out pabrik:
a.    Adanya konsistensi dengan teknologi
b.    Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari suatu proses ke proses yang lain
c.     Penggunaan ruangan optimal
d.    Terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuaian maupun ekspansi
e.    Meminimasi biaya produksi dan memberikan dan memberika jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.
Untuk memperoleh lay-out yang baik maka perusahaan perlu menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur
a.    Sifat produk yang dibuat
Sifat produk yang dibuat dapat menentukan lay-out yang akan dibuat. Misalnya jika produk yang dibuat padat akan berbeda dengan produk yang bersifat cair atau gas.
b.    Jenis proses produksi yang digunakan
Lay-out garis biasanya digunakan pada pabrik yang memiliki proses produksi continous atau memiliki line flow, sedangkan lay-out fungsional biasanya digunakan pada proses produksi intermitten.
c.     Jenis barang serta volume produksi barang yang dihasilkan
Apabila perusahaan menghasilkan bermacam-macam barang produk yang jumlah setiap jenis hanya sedikit, biasanya menggunakan lay-out fungsional. Akan tetapi jika produknya selalu sama serta setiap jenisnya banyak, sebaiknya menggunakan lay-out garis.
d.    Nilai investasi
Penentuan lay-out disesuaikan dengan modal yang tersedia, karena untuk membuat lay-out diperlukan investasi yang cukup besar.
e.    Keluwesan atau fleksibilitas
Fleksibel adalah jika terjadi perubahan macam barang yang dihasilkan atau terjadi penambahan kapasitas pabrik/penambahan mesin, maka letak mesin dan berbagai fasilitas mudah disesuaikan.
f.Pengangkutan barang
Untuk lay-out agar dapat diusahakan dengan menggunakan conveyor karena jalan  yang dilalui barang selalu sama sehingga biaya pengangkutannya murah
g.    Aliran barang
Mesin-mesin sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga aliran barang yang dikerjakan tidak saling mengganggu.
h.    Efektivitas penggunaan ruangan
Penempatan mesin-mesin sebaiknya sedemikian rupa sehingga ruangan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan menghindari pemborosan ruangan.
i.     Lingkungan dan keselamatan kerja
Lay-out harus mempertimbangkan keselamatan kerja dan lingkungan kerja, jangan sampai keselamatan mesin dapat membahayakan karyawan.
j.      Pemeliharaan
Peletakan mesin-mesin harus memungkinkan pelaksanaan pemeliharaan dengan mudah.
k.    Letak kamar kecil
Letak kamar kecil jangan terlalu jauh dari ruang kerja, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang untuk perjalanan ke kamar kecil.
l.      Pengawasan
Sebaiknya mesin atau fasilitas produksi lain diletakkan sedemikian rupa sehingga memudahkan pengawasan.
2. Kantor
a.  Nilai investasi
     Penentuan lay-out harus disesuaikan dengan modal yang tersedia, karena untuk membuat lay-out memerlukan investasi yang cukup besar.
b.  Komunikasi
     Peletakan fasilitas-fasilitas kantor hendaknya memudahkan untuk melakukan komunikasi.
c.  Fleksibilitas
     Fleksibilitas lay-out kantor terkadang diperlukan untuk kemudahan penggunaan dan menghindari kejenuhan.
d. Struktur organisasi
     Struktur organisasi juga menentukan lay-out kantor karena dalam organisasi yang berbeda terdapat perbedaan jumlah macam dan jumlah bagian.
e.  Jenis lembaga
     Lay-out pada bank dengan di pemda berbeda. Pada bank antara karyawan satu dengan lainnya biasanya dipisahkan dengan pembatas kaca karena bank memerlukan ketelitian, pengawasan, serta keamanan lebih ketat dibandingkan pemda. Sedangkan di pemda biasanya satu dengan lainnya terpisah.
3. Gudang
a.  Nilai investasi
     Penentuan lay-out disesuaikan dengan modal yang tersedia, karena untuk membuat lay-out memerlukan investasi cukup besar.
b.  Bongkar muat barang
     Penempatan barang di dalam gudang harus membantu kegiatan bongkar muat barang. Jangan meletakkan barang di sembarang tempat agar tidak mengganggu kegiatan bongkar muat barang yang lain.
c.  Fleksibilitas
     Penempatan barang di gudang harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pengaturan kembali jika jumlah barang yang disimpan ditambah atau berubah macamnya.
d.  Lingkungan kerja
     Agar tidak mengganggu lingkungan kerja, penempatan barang dalam gudang harus terencana dengan baik.
e.  Keselamatan barang yang disimpan
     Barang-barang yang mudah kabur sebaiknya ditaruh di tempat yang aman dari tiupan angin. Barang-barang yang jika berdekatan dapat menimbulkan reaksi kimia, sebaiknya dijauhkan.
4. Toko
a.  Nilai investasi
     Lay-out yang baik harus didukung dengan dana yang banyak karena untuk tambahan rak, dekorasi, dan sarana-sarana pengaman.
b. Daya tarik untuk pembeli
     Toko harus menarik bagi para pembeli sehingga lay-out diusahakan sedemikian rupa agar pembeli merasa senang dan nyaman.
5. Tata letak (lay-out) bagi industri jasa
a.  Pertimbangan spasial
     Aspek seperti warna, tekstur proporsi, simetri, dan lainnya hendaknya dipertimbangkan, dikombinasikan, dan dikembangkan untuk memancing respons dari para konsumen atau orang yang melihatnya.
b.  Perencanaan ruangan
     Unsur ini mencakup perencanaan interior dan arsitektur, seperti penempatan perabotan dan perlengkapannya dalam ruangan, desain aliran sirkulasi, dll.
c. Perlengkapan/perabotan
     Memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai sesuatu yang menunjukkan status pemilik atau penggunanya.
d.  Tata cahaya
     Selain berfungsi sebagai penerang ruangan, hendakya juga diperhatikan aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan di ruangan tersebut agar sesuai dengan persepsi penyedia jasa dan pelanggan mereka.
e.  Warna
     Pemilihan warna dalam ruangan menjadi penting karena dapat membangkitkan perasaan dan emosi bagi yang melihatnya.
f.   Pesan-pesan yang disampaikan secara grafis
     Aspek terpenting dan terkait dalam unsur ini adalah penampilan visual, penempatan, pemilihan bentuk fisik, pemilihan warna, pencahayaan, dan pemilihan bentuk perwajahan lambang yang digunakan untuk maksud tertentu.
              Untuk memperoleh lay out yang baik maka perusahaan perlu menentukan hal-hal berikut :
1.    Kapasitas dan tempat yang dibutuhkan
2.    Peralatan untuk menangani material atau bahan
3.    Lingkungan dan estetika
4.    Arus informasi
5.    Biaya perpindahan antara tempat kerja yang berbeda

G.  PEMILIHAN TEKNOLOGI
              Pemilihan teknologi yang akan digunakan dalam proses produksi baik untuk barang atau jasa hendaknya disesuaikan dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang. Dengan demikian kemajuan teknologi diharapkan dapat menjadikan proses produksi lebih efisien yang sekaligus dapat menghasilkan produktiitas yang tinggi. Teknologi yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan lingkungan internal dan eksternal perusahaan.
              Beberapa hal yang harus diperhatikan agar teknologi yang digunakan sesuai dengan derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, antara lain:
a)    Kesesuaian teknologi dengan bahan mentah yang digunakan
b)    Keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain
c)    Kemampuan sumber daya manusia dalam menerapkan teknologi
d)    Kemampuan mengantisipasi perkembangan teknologi lanjutan
e)    Besarnya biaya investasi serta biaya pemeliharaan
f)     Peraturan pemerintah terkait dengan kebijakan ketenagakerjaan

H.  MANAJEMEN PERSEDIAAN
              Untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang mengikat secara signifikan, atau untuk menyuplai kekurangan bahan baku, maka diperlukan adanya persediaan barang yang memadai. Untuk mengendalikan persediaan diperlukan adanya manajemen persediaan yang baik. Tujuan utamanya adalah mengendalikan persediaan agar dapat melayani kebutuhan persediaan akan bahan mentah/bahan jadi dari waktu ke waktu serta dapat meminimalkan total biaya operasi perusahaan.
              Dalam mengendalikan persediaan agar dapat melayani kebutuhan persediaan akan bahan mentah/bahan jadi dari waktu ke waktu serta dapat meminimalkan total biaya operasi perusahaan terdapat beberapa metode, salah satunya EOQ (Economic Order Quantity) dimana dalam perhitungannya harus meperhatikan SS (safety stock) dan RP (reorder point).
Economic Order Quantity (EOQ)
Adalah jumlah pembelian yang paling ekonomis (Economical Order Quantity = EOQ)
Definisi : jumlah setiap kali pembelian bahan yang disertai biaya minimal = jumlah pembelian bahan yang paling ekonomis.
Perumusan Economic Order Quantity (EOQ)
Salah satu metode manajemen persediaan yang paling terkenal adalah metode Economic Order Quantity atau bisac disebut dengan EOQ. Metode ini dapat digunakan baik untuk barang yang dibeli maupun untuk barang yang diproduksi sendiri. Model EOQ bisaa digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya ( inverse cost) pemesanan persediaan.
Rumusan EOQ yang bisaa digunakan adalah : 

   EOQ = 

Dimana:
D : Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu.
S : Biaya pemesanan ( persiapan pesanan dan penyiapan mesin ) per pesanan
H : Biaya penyimpanan per unit per tahun
Secara umum klasifikasi biaya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Biaya angkut/penyimpanan atau Carrying ( CC )
b.      Biaya pemesanan atau Ordering Cost ( OC )
c.       Biaya total atau total Cost ( TC )
Safety Stock
Safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out)Stock out dapat disebabkan oleh adanya penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau adanya keterlambatan bahan baku yang dipesan. Dengan adanya safety stock akan mengurangi stockout cost bagi perusahaann. Akan tetapi akan menimbulkan penambahan carrying cost sebesar perkalian antara prosentase carrying cost terhadap harga atau nilai safety stock
Terdapat beberapa faktor penentu dalam menghitung besarnya safety stock, yaitu antara lain :
  1.      Penggunaan bahan baku rata – rata
  2.      Faktor waktu
  3.      Biaya yang digunakan
Disamping faktor penentu diatas dalam menentukan safety stock di perlukan standar kuantitas yang hrus di penuhi, yaitu :
  1.      Persedisaan minimum
  2.      Besarnya pesanan standar
  3.      Persediaan maksimum
  4.      Tingkat pemesanan kembali
  5.      Administrasi persediaan 
Reorder Point (ROP)
              ROP merupakan waktu perusahaan akan memesan kembali atau batas waktu pemesanan kembali dengan melihat minimal jumlah persediaan yang ada. Pemesanan kembali dihitung dengan probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stock dan di hitung selama tangga waktu.
I.    SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
              Sistem Informasi Manajemen (SIM) berperan memberikan informasi berbagai fasilitas operasi secara benar, lengkap, dan tepat waktu sehingga pemimpin perusahaan dapat mengambil langkah-langkah efektif dalam upaya melaksanakan operasi perusahaan.
J.   RISIKO
          Risiko yang akan dihadapi dalam aspek teknis adalah:
a)    Kesalahan menentukan lokasi, baik lokasi pabrik, kantor, maupun gudang sehingga terjadi inefisiensi biaya.
b)    Kesalahan menata lay-out pabrik, kantor, gudang maupun toko sehingga kurang menarik bagi konsumen.
c)    Kesalahan memilih teknologi yang digunakan sehingga operasional perusahaan tidak optimal dan cepat ketinggalan jaman.
d)    Risiko sistem informasi terutama terkait komputerisasi.
e)    Pemasok tidak memenuhi komitmen yang sudah mereka buat.
f)     Berkurangnya daya saing produk dengan produk sejenis di pasar.

0 Comments:

Posting Komentar

 

Subiyanto, Nabila. Template by Ipietoon Cute Blog Design